About Us

My photo
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Konnichiwa Minna-san! Welcome to the Official Blog of Japan Club SMAN 1 Cikarang Utara which also known as Jaku. We serve to you our information, schedule, actifity, and also many thing about Japan. We hope you'll enjoy it!

visitors

Saturday 28 July 2012

Hajimemashite!


こんにちは みんなさん (Konnichiwa Minna-san) ^_^

       Hmmm.. Sudah masuk tahun ajaran baru!! Pastinya, di tahun ajaran yang baru ini semakin lengkap rasanya jika dibumbui dengan segala hal yang serba baru; tas baru, buku baru, pacar baru (?), kelas baru, sekolah baru, dan tentunya anggota baru Japan Club (Jaku) SMAN 1 Cikarang Utara. Para peserta MOPD yang selama seminggu lalu masih mengenakan putih-biru kini memetamorfosakan biru donker-nya menjadi abu-abu. Ya, sekarang mereka telah resmi menopang nama SMAN 1 Cikarang Utara sebagai instansi tempat mereka bernaung untuk mengenyam pendidikan. Wajib hukumnya, setiap siswa/siswi SMAN 1 Cikarang Utara mengikuti minimal satu ekstrakurikuler. Ekskul apa yang kalian pilih? Jaku! Jaku! Jaaakkuuuuuu! XD

       はい、みんなさん、(Hai, Minna-san), posting kali ini dititik beratkan pada agenda mingguan Jaku, lebih tepatnya pertemuan pertama Japan Club SMAN 1 Cikarang Utara yang dilaksanakan pada hari Jum'at,  tanggal 27 Juli 2012 lalu. Yang namanya pertemuan pertama, awal, perdana, tentunya meninggalkan kesan yang tak akan dilupakan sepanjang masa, di pertemuan pertama itulah sebuah pertanyaan mengeksistensikan dirinya, memuarakan sebuah sidang apakah kesan mendalam berhak menyelenggarakan pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya.

       Ajaibnya, kesan itu berharga positif. Antusiasme dari anggota baru membuat atmosfer Jaku dapat menghirup oksigen lebih pekat. Walaupun awalnya, kami bingung harus menggelar lapak dimana lantaran Jaku memang masih belum punya basecamp. Beruntung, pada saat itu kelas X.3 kosong, sigaplah kami menyelenggarakan ekskul disana.


      Agenda pada pertemuan pertama ini adalah perkenalan -はじめまして!(Hajimemashite!)-, baik perkenalan ekskul Jaku, perkenalan para anggota Jaku khususnya para senpai (senior) kelas XII dan XI, maupun diajarkan bagaimana percakapan perkenalan dalam bahasa Jepang.
      Pada perkenalan ekskul, kaichō (ketua) mendeskripsikan apa itu ekskul Jaku, bahwasanya Jaku terbagi atas tiga divisi, yakni divisi bahasa, kebudayaan, dan entertain. Walaupun anggota baru diharuskan memilih satu di antara tiga pilihan divisi itu, tapi di Jaku ini semua anggota akan mempelajari semua divisi, bukan hanya berdasarkan satu divisi yang mereka pilih. Selain itu, kami juga memperkenalkan official website Jaku, di antaranya twitter, facebook, dan blog.

       Disini para kōhai (junior) juga mulai dibiasakan budaya memanggil kakak kelasnya dengan sebutan 'senpai' (senior), bukan memanggil senior dengan sebutan 'kakak' atau 'kak'. Panggilan senpai itu diletakkan setelah nama, contohnya bukan kak-Agnes-senpai atau senpai-kak-Agnes, tapi yang benar adalah Agnes-senpai. Selain panggilan senpai, diajarkan juga untuk membiasakan memanggil pembina kami (guru bahasa Jepang) dengan kata 'sensei' di belakang nama beliau, contohnya Ganjar-sensei dan Soipah-sensei.


       Setelah itu, para senpai kelas XII maupun XI memperkenalkan dirinya satu persatu menggunakan bahasa Jepang dan dilanjutkan dengan mengajarkan bagaimana cara memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang itu kepada kōhai.

Perkenalan dalam bahasa Jepang
       Pertemuan diakhiri dengan penentuan jadwal ekskul sementara, bahwa di bulan ramadhan ini Jaku mengadakan pertemuan setiap hari Jum'at setelah sholat Jum'at. Setelah semuanya fix, kōhai dipersilahkan pulang. Namun sebelum pulang, kōhai diperkenalkan pada pembiasaan mengucapkan salam kepada senpai dalam bahasa Jepang. Salah satu di antara mereka memimpin dengan mengucapkan 'kiritsu!' (berdiri), kemudian 'rei!' (membungkuk) seraya megucapkan 'konnichiwa!' pada senpai, senpai pun membalas sapaan itu dengan 'konnichiwa!' juga. Akhirnya satu persatu secara serempak kōhai pulang ke rumahnya masing-masing, menandakan pertemuan pertama Jaku ini telah usai. SUKSES!

      Pertemuan pertama ini di mata kami (khususnya kelas XI) yang semula ngohai (hanya berupa seonggok kōhai; meng-kōhai-kan diri) kini dapat mengetahui bagaimana rasanya nyenpai (menjadi seorang senpai; men-senpai-kan diri), ada kebanggaan tersendiri, namun agaknya yang paling kami rasakan adalah tentang bagaimana sulitnya beradaptasi dengan kōhai, bagaimana berusaha menjadi pribadi yang lebih dewasa karena kami bukan kōhai lagi; bahwa ada banyak kōhai yang membutuhkan bimbingan kami, bagaimana pusingnya menyisihkan sedikit waktu untuk rapat menyiapkan agenda Jum'at depan, bagaimana menghargai orang lain, dan bagaimana belajar bekerja sama, karena di Jaku bukan hanya sekedar belajar bahasa Jepang, kebudayaan Jepang, dan entertain Jepang, tapi disini kami belajar berorganisasi. Intinya, begitu banyak pelajaran yang kami dapatkan dari sini. Ayoo yang belum masuk Jaku? masuk Jaku! masuk Jaku! ^_^

       Jika pertemuan pertama sukses, tentunya kami berharap pertemuan selanjutnya akan lebih sukses lagi. みんなさん (Minna-san), sekian posting kali ini. Sampai jumpa di pertemuan Jaku selanjutnya. じゃまたらいしゅう (ja mata raishuu!)



-admin-
ひめ ]



Saturday 21 July 2012

Shodo (Seni Kaligrafi Jepang)


yoo minna-san~
Ogenki desuka?

Yosh, posting pertama nih hoho#bah
Oke begini, ada yang pernah denger tentang Shodo sebelumnya? Para J-lovers pasti udah nggak asing lagi dong~ Yah.. begitulah, baik di anime, manga, maupun dorama-dorama Jepang banyak yang pernah sedikit-sedikit membahas Shodo. Nah, kalo readers sekalian ada yang belum begitu kenal sama Shodo, kami beri bocoran sedikit, Shodo adalah seni kaligrafi Jepang. Kaligrafi sendiri merupakan seni menulis indah yang dalam konteks Shodo kebanyakan medianya berupa kuas, kertas khusus, dan tinta cina.

Kebetulan Club kami ini pernah membahas tentang Shodo dan sedikit belajar mempraktekannya pada pertemuan yang lalu dibawah bimbingan Ganjar-sensei. Nah, berikut kami akan menyajikan kepada readers sekalian artikel tentang Shodo, selamat membaca~


SHODO

Seni menulis indah menggunakan kuas dan tinta hitam atau yang lebih dikenal dengan istilah kaligrafi sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Kaligrafi pertama kali dikembangkan di negeri China. Awalnya kaligrafi mengutamakan keindahan tulisan saja, namun lama-kelamaan mengarah ke sebuah seni. Seni ini lalu diperkenalkan di Jepang pada abad ke 17 bersamaan dengan penyebaran agama Budha dari India menuju Korea, China, dan Jepang, di mana kitab suci Budha sudah ditulis dengan kaligrafi China saat agama tersebut diperkenalkan di Jepang.



Kaligrafi di Jepang disebut shodo, yang berasal dari huruf kanji kaku (menulis) dan michi (cara). Meskipun shodo merupakan kebudayan yang cukup kuno, namun Jepang masih mempertahankan kebudayaan itu, terbukti hingga saat ini masih banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya, bahkan di sekolah-sekolah para murid (biasanya murid SD) diajarkan shodo.

Sekilas shodo tampak mudah dibuat, namun orang yang masih pemula akan langsung mengalami kesulitan saat mencobanya, karena banyaknya hal yang harus diperhatikan, mulai dari keseimbangan bentuk tulisan, tarikan garis, tebal-tipisnya garis, hingga irama tulisan.



Keindahan kaligrafi tentunya tidak terlepas dari peralatan yang digunakan. Ada 6 jenis peralatan utama yang biasanya digunakan untuk membuat kaligrafi Jepang. Yang pertama adalah shitajiki, berupa alas untuk menulis. Biasanya alas ini berbahan semacam kain flannel yang permukaannya lembut dan berwarna hitam. Kedua adalah bunchin atau pemberat kertas berbentuk balok yang terbuat dari besi. Peralatan lainnya yaitu kertas untuk menulis. Kertas yang digunakan bukan sembarang kertas, melainkan kertas yang tipis dan ringan, namun tahan lama dan dapat menyerap tinta. Kertas khusus ini dikenal dengan hashi, berupa kertas dengan dua permukaan berbeda, di mana sebelah permukaannya kasar, sedangakan permukaan sebaliknya halus. Bagian inilah yang dipakai saat menulis kaligrafi. Ukuran hanshi umumnya berkisar antara 24 x 32,5 hingga 26 x 35 cm. Selanjutnya adalah perlengkapan yang paling utama dalam pembuatan kaligrafi, yaitu kuas yang dinamakan fude. Ada berbagai macam bentuk fude, mulai dari kecil hingga besar. Fude ukuran besar biasanya digunakan untuk membuat tulisan, sedangkan yang kecil digunakan untuk membubuhkan tanda tangan si pembuat kaligrafi. Batang fude terbuat dari bambu atau kayu pohon, sedangkan bulunya terbuat dari bulu hewan, seperti domba, musang, rakun, rusa, bahkan ekor kuda. Bulu itu kemudian diikat dan ditempelkan pada batang fude. Rapi tidaknya ikatan bulu fude sangat mempengaruhi tekstur tulisan. Tidak hanya fude saja tetapi juga tinta yang dipakai juga mempengaruhi hasil tulisan. Tinta yang dipakai untuk seni kaligrafi bisa berupa tinta botolan, namun agar hasil tulisan lebih maksimal, biasanya digunakan sumi, berupa tinta yang dipadatkan. Cara mencairkan sumi sangatlah mudah, cukup dengan menambahkan air lalu menggosok-gosokannya dalam wadah besi yang disebut suzuri.


ini peralatan Shodo


nah, yang ini teknik goresan-goresan dasar pada Shodo

Sebelum menulis kaligrafi, keenam perlengkapan itu ditata sesuai aturan. Hanshi diletakkan di atas shitajiki, kemudian di bagian atasnya beri pemberat bunchin agar tidak bergeser ataupun tertiup angin. Sedangkan suzuri yang sudah berisi tinta sumi diletakkan di sebelah kanan bersebelahan dengan fude. Kadang-kadang fude juga diletakkan di atas fudeoki, yang mirip seperti balok kecil untuk menyimpan sumpit.


Yang ini letak peralatan dan posisi duduk saat menulis kaligrafinya

Untuk menulis kaligrafi bahasa Jepang, hal pertama yang harus dikuasai tentunya tulisan Jepang, mengingat urutan penulisan huruf Jepang tidak sama seperti menulis huruf alphabet. Hal ini sangat penting, karena kesalahan sekecil apapun akan tampak jelas pada hanshi. Selanjutnya adalah tata cara menggunakan fude. Cara memakai fude yang benar adalah menggenggam bagian tengahnya, dan saat mencoretkan tinta pada hanshi, fude diarahkan tegak lurus, pergelangan tangan dan siku tidak boleh menyentuh meja.


Gimana readers, menarik?
Boleh dicoba sendiri dirumah. Nggak harus pakai peralatan selengkap yang diatas, cukup kertas, tinta cina sama kuas Shodo aja. Hmm... menurut pengalaman kami, meski kalo ngeliat orang yang udah ahli itu keliatannya simpel banget, nyatanya nggak sesimpel itu lho. Tetep butuh kesabaran dan usaha ekstra meski hanya untuk menggoreskan satu garis aja. Tapi usaha itu nggak sia-sia kok, karena hasilnya keren banget.
Oke, ini ada beberapa foto waktu kita nih waktu praktek shodo.



percobaan praktek shodo oleh tangan amatir seorang anggota Japan Club


Tinta dan kuas yang digunakan saat praktek shodo




Oke, segini aja dulu ya membahas Shodo-nya. Lain kali kami akan bawakan lebih banyak lagi info menarik dan artikel tentang kebudayaan Jepang lainnya. Jaa mata~



-admin-
[ ユアン ]